Kamis, 01 Mei 2014

Teori/tingkah laku produsen

Perilaku konsumen muncul karena adanya keterbatasan pendapatan dan keinginan untuk mengkonsumsi suatu barang dan jasa sehingga diperoleh kepuasan maksimal. Perilaku produsen pada dasarnya menjelaskan bagaimana produsen mendayagunakan sumber daya yang ada (uang) dalam memuaskan keinginan atau kebutuhan dari suatu atau beberapa produk. Dalam teori perilaku produsen ini dapat dianalisis dengan beberapa cara, yaitu :
A. Pendekatan Kardinal
Pendekatan nilai guna (Utility) Kardinal atau sering disebut dengan teori nilai subyektif : dianggap manfaat atau kenikmatan yang diperoleh seorang konsumen dapat dinyatakan secara kuantitif / dapat diukur, dimana keseimbangan konsumen dalam memaksimumkan kepuasan atas konsumsi berbagai macam barang, dilihat dari seberapa besar uang yang dikeluarkan untuk membeli unit tambahan dari berbagai jenis barang akan memberikan nilai guna marginal yang sama besarnya. Oleh karena itu keseimbangan konsumen dapat dicari dengan pendekatan kuantitatif.
B. Pendekatan Ordinal
Pendekatan nilai guna ordinal atau sering juga disebut analisis Kurva indeference : manfaat yang diperoleh masyarakat dari mengkonsumsikan barang-barang tidak kuantitif / tidak dapat diukur. Pendakatan ini muncul karena adanya keterbatasan - keterbatasan yang ada pada pendekatan cardinal, meskipun bukan berarti pendekatan cardinal tidak memiliki kelebihan.

  • BIAYA PRODUKSI
Biaya produksi merupakan biaya dari semua pengeluaran yang dilakukan oleh perusahaan untuk mendapatkan faktor-faktor produksi dan bahan baku yang akan digunakan untuk menghasilkan suatu produk.Biaya produksi dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu :a. Biaya tetap (Fixed Cost)Biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya tetap, tidak tergantung pada besar kecilnya kapasitas produksi. Contohnya biaya gaji karyawan, biaya sewa gedung dan biaya penyusutan.b. Biaya Variabel (Variable Cost)Pengertian biaya secara luas adalah pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dengan satuan uang untuk mencapai suatu tujuan. Sedangkan biaya variabel adalah biaya yang jumlahnya berubah sesuai dengan perubahan kapasitas produksi. Contohnya biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung.

  • CARA MENENTUKAN LABA/KEUNTUNGAN

Untuk menghitung laba maka diperlukan pembagian waktu tutup buku (waktu menghitung untung/laba) misalnya setiap sebulan sekali, tiga bulan sekali atau enam bulan sekali dan dilakukan secara konsisten. Waktu tutup buku ini diperlukan agar waktu yang dicurahkan untuk pendokumentasian tidak berlarut-larut yang akhirnya menyita tempat, selain itu untuk menjaga kelengkapan dan keakuran data. Setelah waktu tutup buku disepakati baru kemudian ke langkah pendokumentasian dan perhitungan laba.
Langkah-langkahnya terbagi tiga, Langkah Inventarisir, Langkah Pendokumentasian (Langkah Harian) dan Langkah Tutup Buku (Langkah Periodical).
Langkah Inventarisir sebagai berikut :
1. Langkah paling awal adalah Inventarisir barang yang ada saat awal dimulainya sistem ini, misalnya waktu tutup buku ditetapkan 3 bulan dari 1 januari s/d 31 maret 2013, maka lakukan penghitungan fisik barang dagangan pada pagi hari sebelum warung buka pada tanggal 1 januari 2013 atau pada tanggal 31 desember 2012 saat warung tutup.
2. Menutup usaha saat penghitungan fisik akan lebih baik untuk mendapatkan perhitungan yang akurat, dan  bisa dibuka kembali saat penghitungan selesai.
3. Buat catatan dalam selembar kertas beri judul ‘Saldo Awal Barang Dagangan 1 Januari 2013’, buat kolom-kolom bergaris pada kertas tersebut berisi, No, Nama Barang, Jumlah Unit, Harga satuan dan Jumlah Rupiah.
4. Harga satuan penghitungan fisik bisa didapat dari bon-bon pembelian yang ada (sebelum waktu penghitungan fisik) dan dibuat rata-rata per barang, jika memang tidak dilengkapi bon maka gunakan harga beli yang wajar (umum) pada saat dilakukan penghitungan fisik. Contoh penghitungan untuk harga satuan yang diisikan bisa dilihat pada ‘Langkah Periodical – No. 1 & 2”.

Langkah Pendokumentasian (Langkah Harian) sebagai berikut :
1. Semua pembelian harus disertai bukti (bon), yang di dalamnya berisi rincian tanggal, nama toko penjual, nama barang, jumlah unit, harga satuan dan jumlah pembelian. Untuk pembelian tanpa bon bisa dibuat dalam secarik kertas kecil berisi rincian spt diatas.
2. Bon-bon pembelian di simpan dalam tempat khusus dan diusahakan bon ditumpuk sesuai tanggal   pembelian. Bon-bon yang sudah tidak terpakai karena telah tutup buku bisa disingkirkan dalam tempat tersendiri.
3. Pembelian yang dilengkapi bon dilakukan konsisten dimulai pada awal periode tutup buku, misalnya untuk tutup buku 3 bulan dari januari s/d maret 2013, maka pembelian disertai bon dimulai tanggal 1 januari.
4. Semua penjualan dicatat dalam buku khusus penjualan, di dalamnya berisi tanggal, nama barang, jumlah barang yang dijual, harga satuan dan jumlah rupiah penjualan per barang. Pencatatan dilakukan setiap terjadi transaksi penjualan untuk mencegah kealpaan, namun dalam kondisi tertentu untuk menyingkat waktu bisa dilakukan pada selembar kertas coretan singkat sementara, bisa berbentuk kode-kode tertentu untuk jenis barang tertentu juga kode tertentu untuk harga tertentu.
5. Pencatatan penjualan dimulai saat awal waktu tutup buku, misalnya untuk tutup buku 3 bulan dari januari s/d maret 2013, maka pencatatan dimulai tanggal 1 januari s/d 31 maret 2013. Untuk usaha yang telah berjalan, penjualan sebelum tanggal 1 januari 2013 tidak berlaku.

Langkah Tutup Buku ( Langkah Periodical) sebagai berikut :
1. Kumpulkan semua bon pembelian dan kertas berjudul ‘Saldo Awal Barang Dagangan 1 Januari 2013’
2. Buat perhitungan Harga Pokok Persediaan per nama barang dalam selembar kertas, kemudian pada kertas tersebut buatkan kolom-kolom nomor urut, tanggal, nama barang, harga satuan jumlah unit dan total harga. Isikan kolom tersebut  berdasar nama barang yang dibeli selama periode (misalnya dari januari s/d maret 2013) dan saldo awal barang dagangan secara urut tanggal, lalu jumlahkan jumlah unit & Rupiah masing-masing nama barang.  
Contoh :   Misalkan tutup buku     adalah  3  bulan sekali dan tutup buku yang pertama adalah tgl 31 maret 2013 (untuk periode 1 januari s/d 31 maret 2013).
Misalkan terdapat data-data untuk barang Rokok Asyek :
-       Saldo awal 1 januari 2013 . . . . . .12 unit  @ Rp. 10.000    = Rp. 120.000
-       Pembelian tgl 5 februari 2013 . . . . 7 unit  @ Rp.   9.500   = Rp.  66.500
-       Pembelian tgl 24 Maret 2013 . . . .15 unit   @ Rp. 11.000    = Rp. 165.000

Maka perhitungan harga pokok per nama barang untuk Rokok Asyek sebagai berikut :
No.            Tanggal         Nama Barang         Jml Unit            Hrg Satuan        Jumlah (Rp.)    
1             1 Jan 2013       Rokok Asyek              12                  10.000               120.000
2            5  Feb 2013       Rokok Asyek               7                    9.500                 66.500
3           24 Mar 2013       Rokok Asyek              15                  11.000               165.000            
             Jumlah total . . . . . . . . . . .               34                                           351.500 

  • Hitung harga pokok persediaan perunitnya dengan cara membagi jumlah total Rupiah dengan jumlah total unit yang dibeli per nama barang. Dari contoh diatas harga pokok perunit untuk Rokok Asyek   adalah Rp. 351.500 : 34 = Rp. 10.338. 
  •  Hitung harga pokok persediaan per unit barang untuk seluruh barang yang dibeli selama 3 bulan menurut nama barang seperti contoh di atas.
  • Kumpulkan catatan penjualan selama januari s/d maret. Buat perhitungan harga pokok penjualan dalam secarik kertas, kemudian pada kertas tersebut buatkan kolom-kolom nomor urut, tanggal, nama barang, jumlah unit, harga satuan dan total harga. Isikan kolom tersebut berdasar nama barang (sama spt membuat perhitungan harga beli). 
Contoh : 
Terdapat 2 penjualan selama 3 bulan untuk rokok asyek dengan perincian :

No.       Tanggal            Nama Barang                Jml Unit            Hrg Satuan        Jumlah (Rp.)    

1          20 Jan 2013       Rokok Asyek                   10                  15.000              150.000

2          27 Mar 2013       Rokok Asyek                   11                  15.000              165.000
            Jumlah Total . . . . . . . . . . . . .              21                                          315.000

  • Hitung harga pokok penjualan per nama barang. Dari contoh diatas terdapat penjualan rokok asyek sebanyak 21 unit dengan jumlah penjualannya Rp. 315.000, maka Harga Pokok Penjualannya adalah jumlah unit yang terjual dikalikan dengan harga pokok persediaan per unit barang atau 21 x Rp. 10.388 = Rp. 218.148.
  • Hitung Harga Pokok Penjualan untuk semua barang. Dari perhitungan nomor 6 buat untuk semua barang lalu jumlahkan, maka akan diperoleh Harga Pokok Penjualan untuk periode tersebut.
  • Hitung Laba Kotornya,  Laba  Kotor =  Penjualan –Sumber Harga  Pokok  Penjualan,  Untuk   rokok   asyek Penjualannya adalah Rp. 315.000 dan Harga Pokok Penjualannya Rp. 218.148, Maka Laba Kotor Rokok Asyek adalah Rp. 315.000 – Rp. 218.148 = Rp. 96.852.
  • Buatlah Laba kotor untuk semua barang seperti contoh diatas, lalu jumlahkan maka akan diperoleh Laba Kotor selama januari s/d maret 2013.
  • Untuk menghitung Laba Bersihnya maka kumpulkan semua biaya selain pembelian barang dagangan selama 3 bulan lalu jumlahkan. Laba bersih = Laba Kotor – Biaya Usaha, maka Laba Kotor dikurang biaya usaha hasilnya adalah Laba Bersih.

Sumber :
http://softskilltask.wordpress.com/2014/04/24/teori-dan-tingkah-laku-produsen/
http://www.pojokpedia.com/jenis-jenis-biaya-produksi-dalam-permodalan-dan-pembiayaan-usaha/
http://ngabdulah.blogspot.com/2013/04/menghitung-laba-usaha-kaki-lima.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar