Jumat, 21 November 2014

Diksi

     Diksi adalah ketepatan pilihan kata. Penggunaan ketepatan pilihan kata ini dipengaruhi oleh kemampuan pengguna bahasa yang terkait dengan kemampuan mengetahui, memahami, menguasai, dan menggunakan sejumlah kosa kata secara aktif yang dapat mengungkapkan gagasan secara tepat sehingga mampu mengomunikasikannya secara efektif kepada pembaca atau pendengarnya. Selain pilihan kata yang tepat, efektifitas komunikasi menuntut persyaratan yang harus dipenuhi oleh pengguna bahasa, yaitu kemampuan memilih kata yang sesuai dengan tuntutan komunikasi.

      Syarat-syarat ketepatan pilihan kata :
  1. Membedakan makna denotasi dan konotasi dengan cermat, denotasi yaitu kata yang bermakna lugas dan tidak bermakna ganda. Sedangkan konotasi dapat menimbulkan makna yang bermacam-macam, lazim digunakan dalam pergaulan, untuk tujuan estetika dan kesopanan.
  2. Membedakan secara ceramt makna kata yang hampir bersinonim, kata yang hampir bersinonim, misalnya : adalah, ialah, yaitu, merupakan, dalam pemakaiannya berbeda-beda.
  3. Membedakan makna kata secara cermat kata yang mirip ejaannya, misalnya: inferensi (kesimpulan) dan interferensi (saling mempengaruhi), sarat (penuh, bunting) dan syarat (ketentuan).
  4. Tidak menafsirkan makna kata secara subjektif berdasarkan pendapat sendiri, jika pemahaman belum dapat dipastikan, pemakai kata harus menemukan makna kata yang teapt dalam kamus, misalnya: modern sering diartikan secara subjektif canggih menurut kamus modern berarti terbaru atau mutakhir; canggih berarti banyak cakap, suka mengganggu, banyak mengetahui, bergaya, intelektual.
  5. Menggunakan imbuhan asing (jika diperlukan) harus memahami maknanya secara tepat, misalnya: dilegalisir seharusnya dilegalisasi, koordinir  seharusnya koordinasi.
  6. Menggunakan kata-kata idiomatik berdasarkan susunan (pasangan) yang benar, misalnya: sesuai bagi seharusnya sesuai dengan.
  7. Menggunakan kata umum dan kata khusus secara cermat. Untuk mendapatkan pemahaman yang spesifik karangan ilmiah sebaiknya menggunakan kata khusus, misalnya: mobil (kata umum) corolla (kata khusus, sedan buatan Toyota).
  8. Menggunakan kata yang berubah makna dengan cermat, misalnya: isu (berasal dari bahasa Inggis tissue  berarti publikasi, kesudahan, perkara) isu (dalam bahasa Indonesia berarti kabar yang tidak jelas asal-usulnya, kabar anginm desas-desus).
  9. Menggunakan dengan cermat kata bersinonim (misalnya: pria dan laki-laki, saya dan aku, serta buku dan kitab); berhomofoni (misalnya: bang dan bank, ke tahanan dan ketahanan); dan berhomografi (misalnya: apel buah, apel upacara).
  10. Menggunakan kata abstrak dan kata konkret secara cermat, kata abstrak (konseptual, misalnya: pendidikan, wirausaha, dan pengobatan modern) dan kata konkret atau kata khusus (misalnya: mangga, sarapan, dan berenang).

Perubahan  Makna

      Pengembangan diksi terjadi pada kata, Namun, hal ini berpengaruh pada penyusunan kalimat, paragraf, dan wacana. Pengembangan tersebtu dilakukan untuk memenuhi kebutuhan komunikasi. Komunikasi kreatid berdampak pada perkembangan diksi, berupa penambahan atau pengurangan kuantitas maupun kualitasnya. Selain itu, bahasa berkembang sesuai dengan kualitas pemikiran pemakainya. Perkembangan dapat menimbulkan perubahan yang mencakup: perluasan, penyempitan, pembatasan, pelemahan, pengaburan, dan pergeseran makna.


Denotasi  dan  Konotasi

       Makna denotasi dan konotasi dibedakan berdasarkan ada atau tidaknya nilai rasa. Kata denotaasi lebih menekankan tidak adanya nilai rasa, sedangkan konotasi bernilai rasa kias.

Makna denotasi lazim disebut :
  1. Makna konseptual, yaitu makna yang sesuai dengan hasil observasi (pengamatan) menurut penglihatan, penciuman, pendengaran, perasaan, atau pengalaman yang berhubungan dengan informasi (data) faktual dan objektif.
  2. Makna sebenarnya, umpamanya, kata kursi  yaitu tempat duduk yang berkaki empat (makna sebenarnya).
  3. Makna lugas yaitu makna apa adanya, lugu, polos, makna sebenarnya, bukan makna kias.
Konotasi berartu makna kias, bukan makna sebenarnya. Sebuah kata dapat berbeda dari satu masyarakat ke masyarakat lain, sesuai dengan pandangan hidup dan norma masyarakat tersebut. Makna konotasi dapat juga berubah dari waktu ke waktu.

     Sebuah kata dapat merosot nilai rasanya karena penggunaanya tidak sesuai dengan makna denotasinya. Umpamanya, kata kebijaksanaan yang bermakna denotasi kelakuan atau tindakan arif  dalam menghadapi suatu masalah, menjadi negatif konotasinya atas kasus-kasus tertentu, misalnya:
1) Pengemudi kendaraan bermotor ditilang karena melanggar peraturan lalu linta minta kebijaksanaanya kepada petugas agar tidak diperkaran (damai ditempat).
2)   Orang tua murid yang anaknya tidak naik kelas mohon kebijaksanaan kepada kepala sekolah agar bersedia menolong anaknya (menaikkan kelas).

    Dapat ditegaskan bahwa makna kata konotatif cenderung bersifat subjektif. Makna kata ini lebih banyak digunakan dalam situasi tidak formal, misalnya: dalam pembicaraan yang bersifat ramah tamah, diskusi tidak resmi, kekeluargaan, dan pergaulan.
Contoh :
  • Laporan anda harus diserahkan selambat-lambatnya 1 Juni 2004 (denotasi)
  • Laporan anda belum memenuhi sasaran (konotasi).

Sinonim

     Sinonim ialah persamaan makna kata. Artinya, dua kata atau lebih yang berbeda bentuk, ejaan, dan pengucapannya, tetapi bermakna sama. Misalnya, wanita  bersinonim dengan perempuan, makna sama tetapi berbeda tulisan maupun pengucapannya. Dalam kalimat kedua kata tersebut dapat dipertukarkan. Tradisi di daerah itu memasak dikerjakan oleh perempuan. Kata perempuan dapat diganti dengan wanita. Tradisi di daerah itu memasak dikerjakan oleh wanita.


Idiomatik
    
      Idiomatik adalah penggunaan kedua kata yang berpasangan. Misalnya: sesuai dengan, disebabkan oleh, berharap akan, dan lain-lain. Pasangan idiomatik kedua kata seperti itu tidak dapat digantikan dengan pasangan lain.
Contoh : Bangsa Indonesia berharap akan tampilnya seorang presiden yang mampu mengatasi berbagai kesulitan bangsa. Kata berharap akan tidak dapat diganti oleh mengharapkan akan atau berharap dengan.


Sumber : Hs, Widjono, 2007. BAHASA INDONESIA Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi. Jakarta: PT Grasindo.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar