Senin, 23 Maret 2015

Penalaran Induktif

    Proses bernalar, pada dasarnya, ada dua macam yaitu induktif dan deduktif. Penalaran induktif adalah proses berpikir logis yang diawali dengan observasi data, pembahasan, dukungan pembuktian, dan diakhiri kesimpulan umum. Kesimpulan ini dapat berupa prinsip atau sikap yang berlaku umum atas data yang bersifat khusus. Proses berpikir induktif dibedakan atas generalisasi, analogi, dan sebab-akibat.

1)      Generalisasi
     Generalisasi ialah proses berpikir berdasarkan pengamatan atas sejumlah gejala dengan sifat-sifat tertentu untuk menarik kesimpulan umum mengenai semua atau sebagian dari gejala serupa. Misalnya orang Indonesia peramah, apakah generalisasi itu sah? Untuk membuat generalisasi harus memenuhi ketentuan berikut :
a.      Cukup Memadai
Artinya gejala-gejala khusus/sampel yang diamati sebagai dasar penarikan kesimpulan mencukup jumlahnya. Apabila jumlah tidak memadai, maka generalisasi itu akan menjadi terlalu luas. Gejala yang diamati perlu dilihat jenisnya; apakah homogen atau heterogen. Sampel untuk gejala yang bersifat homogen tidak perlu terlalu banyak, misalnya untuk menguji produksi minyak goreng dalam suatu hari, cukup diteliti beberapa gram saja. Sebaliknya, semakin heterogen suatu populasi semakin banyak sampel yang perlu diteliti.
b.      Cukup Mewakili
Artinya sampe meliputi seluruh atau sebagian yang dikenai generalisasi atau sampelnya mewakili populasi, misalnya di suatu fakultas yang terdiri atas tiga program studi, terdapat 16 kelas yang terdiri atas tingkat 1, 2, 3, 4. Sampel yang mewakili haruslah diambil dari keseluruhan kelas yang ada.
c.       Kekecualian
Jika kesimpulan umum terlalu banyak kekecualian, maka tidak dapat diambil generalisasi. Dalam hal ini, hindari kata-kata setiap, semua; gunakan kata cenderung, pada umumnya, rata-rata, pada mayoritas yang diteliti, dan sebagainya. Jika menggunakan bahasa kuantitatif langsung saja menyatakan prosentase data yang diteliti.
Berikut syara-syarat generalisasi ilmiah yang lebih mementingkan keabsahan metode yang digunakan, yaitu
  • data dikumpulkan melalui observasi yang cermat, pencatatan dilakukan dengan tepat, teliti, menyeluruh dan terbuka terhadap pengujian lain,
  • menggunakan instrumen yang tepat untuk mengukur dan mendapatkan data,
  • melaksanakan pengujian, perbandingan, dan klasifikasi data,
  • pernyataan generalisasi jelas, sederhana, menyeluruh, padat, dan sistematis,
  • hasil observasi dirumuskan dengan mempertimbangkan variasi waktu, tempat, dan keadaan lainnya, dan
  • dipublikasikan untuk dapat diuji, dikritik, dan dites.


2)      Analogi
    Analogi induktif ialah proses berpikir untuk menarik kesimpulan/inferensi tentang kebenaran suatu gejala khusus berdasarkan beberapa gejala khusus lain yang memiliki sifat-sifat/ciri-ciri esensial penting yang bersamaan. Yang diperhatikan dalam analogi ialah persamaan yang dipakai dasar kesimpulan benar-benar memiliki kesamaan dan ciri esensial yang penting yang berhubungan erat dengan kesimpulan yang dikemukakan.
Contoh :
Kesimpulan beberapa ilmuwan menyatakan bahwa anak kera dapat diberi makan seperti anak manusia berdasarkan kesamaan yang terdapat pada sistem pencernaan anak dan anak manusia. Kesimpulan ini sah, karena dasar kesimpulannya (sistem pencernaan) merupakan ciri esensial yang berhubungan dengan kesimpulan (cara memberi makan).

  Selain analogi induktif, dalam tulis-menulis dikenal juga analogi deklaratif, yaitu teknik menjelaskan dalam tulisan dengan mendahulukan hal yang telah diketahui sebelum memperkenalkan hal yang baru, yang mempunyai kesamaan dengan hal di atas.
Contoh :
Ilmu Pengetahuan dibangun oleh fakta-fakta sebagaimana rumah itu dibangun oleh batu-batu, tetapi tidaj senua kumpulan pengetahuan itu ilmu, sebagaimana tidak semua kumpulan baru itu rumah.

3)      Sebab-akibat
     Prinsip umum hubungan sebab akibat menyatakan bahwa semua peristiwa harus ada penyebabnya. Terdapat tiga pola hubungan sebab akibat :
a.   Penalaran dari sebab ke akibat; dimulai dengan pengamatan terhadap suatu sebab yang diketahui, untuk menarik kesimpulan mengenai akibat yang mungkin ditimbulkan.
b.     Penalaran dari akibat ke sebab; dimulai dari suatu akibat yang diketahui, kemudia dipikirkan apa yang mungkin menjadi penyebabnya. Penalaran ini bersifat expost facto (hal yang sudah terjadi), misalnya menentukan penyebaba kematian, kecelakaan, proses peradilan, dan cerita detektif.
c.     Penalaran dari akibat ke akibat; berpangkal dari suatu akibat dan langsung dipikirkan akibat lain tanpa memikirkan sebab umum yang menimbulkan kedua akubat itu.
      Untuk mendapatkan kesimpulan sebab-akibat yang benar, perlu diperhatikan hal-hal berikut :
  • Dalam penalaran sebab-akibat, harus diyakini bahwa garis penalaran, langsung tidak diputus oleh faktor-faktor eksternal. Misalnya, seorang anak akan tertular cacar bila dicampurkan dengan anaka yang kena cacar, kecuali anak itu sudah divaksin cacar.
  • Sering dilupakan penyebab lain yang berperan menimbulkan sebab. Misalnya, prestasi mahasiswa turun karena jam pelajaran diberikan pada siang hari. Apakah betul demikian? Tidakkah ada faktor lain?
  • Adakah penyebab umum yang menimbulkan akibat-akibat. Apakah penyebab itu adalah satu-satunya yang menimbulkan kedua akibat tersebut?

      Penalaran sebab-akibat kelihatannya sederhana, tetapi ada juga penalaran sebab-akibat yang cukup rumit. Anda perlu mempelajari proses berpikir/bernalar dengan benar sehingga anda dapat bernalar dengan logis dan tidak dipengaruhi oleh sikap pribadi. Kepercayaan/takhyul, pandangan politik, atau prasangka.


Sumber :
Hs, Widjono, 2007. BAHASA INDONESIA Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi. Jakarta: PT Grasindo.
Rahayu, Minto. 2007. Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi. Jakarta : Grasindo.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar