A. Pengertian
Tujuan penelitian adalah untuk
mengetahui sesuatu yang pada tingkat tertentu dipercaya sebagai
sesuatu yang benar. Ia bertitik tolak dari pertanyaan yang disusun dalam
bentuk masalah penelitian. Untuk menjawab pertanyaan itu disusun
suatu jawaban sementara yang kemudian dibuktikan melalui
penelitian empiris. Jawaban-jawaban seperti itu banyak kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, jika sepeda motor kita tidak mau hidup mesinnya, maka kita menduga mungkin businya kotor, arau bahan bakarnya habis, atau ada yang tidak beres pada platinanya. Di sini kita sudah membuat hipotesis bahwa mesin sepeda motor tidak mau hidup karena busi atau platinanya kotor. Tetapi, pernyataan ini masih bersifat dugaan. Atas dasar dugaan itu kita mulai memeriksa businya, bensinnya, dan platinanya. Pada tahap ini kita mengumpulkan data untuk menguji hipotesis kita.
Hipotesis (hypo = sebelum; thesis =
pernyataan, pendapat) adalah suatu pernyataan yang pada waktu diungkapkan belum
diketahui kebenarannya, tetapi memungkinkan untuk diuji dalam kenyataan
empiris. Hipotesis memungkinkan kita menghubungkan teori dengan pengamatan, atau pengamatan dengan teori.
B. Fungsi
- Memberikan penjelasan tentang gejala-gejala serta memudahkan perluasan pengetahuan dalam suatu bidang.
- Mengemukakan pernyataan tentang hubungan dua konsep yang secara langsung dapat diuji dalam penelitian.
- Memberikan arah penelitian.
- Memberi kerangka pada penyusunan kesimpulan penelitian.
Supaya fungsi-fungsi tersebut dapat
berjalan secara efektif, maka ada faktor-faktor yang perlu diperhatikan pada
penyusunan hipotesis.
1. Hipotesis disusun dalam kalimat deklaratif. Kalimat itu bersifat positif dan normatif.
Istilah-istilah seperti seharusnya atau sebaliknya tidak terdapat dalam kalimat hipotesis.
Contoh: Anak-anak harus hormat kepada orang tua. Kalimat ini bukan hipotesis. Lain halnya jika dikatakan demikian: Kepatuhan anak-anak kepada orang tua mereka makin menurun.
2. Variabel (variabel-variabel) yang dinyatakan dalam hipotesis adalah variabel yang operasional, dalam arti dapat diamati dan diukur.
3. Hipotesis menunjukkan hubungan tertentu di antara variabel-variabel.
1. Hipotesis disusun dalam kalimat deklaratif. Kalimat itu bersifat positif dan normatif.
Istilah-istilah seperti seharusnya atau sebaliknya tidak terdapat dalam kalimat hipotesis.
Contoh: Anak-anak harus hormat kepada orang tua. Kalimat ini bukan hipotesis. Lain halnya jika dikatakan demikian: Kepatuhan anak-anak kepada orang tua mereka makin menurun.
2. Variabel (variabel-variabel) yang dinyatakan dalam hipotesis adalah variabel yang operasional, dalam arti dapat diamati dan diukur.
3. Hipotesis menunjukkan hubungan tertentu di antara variabel-variabel.
C. Menyusun Hipotesis
Hipotesis dapat disusun dengan dua pendekatan, yang pertama secara
deduktif, dan yang kedua secara induktif. Penyusunan hipotesis secara deduktif
ditarik dari teori. Suatu teori terdiri atas proposisi-proposisi, sedangkan
proposisi menunjukkan antara hubungan dua konsep. Proposisi ini merupakan
postulat-postulat yang dari padanya disusun hipotesis. Penyusunan hipotesis
secara induktif bertolak dari pengamatan empiris.
Hipotesis dapat juga disusun secara
induktif. Dari pengalaman kita masa lampau, kita mengetahui bahwa
kecelakaan-kecelakaan kendaraan bermotor di jalan raya kebanyakan disebabkan
oleh supir yang menjalankan kendaraannya dengan kecepatan tinggi. Bertolak dari
pengalaman ini kita menyusun hipotesis: Ada hubungan positif antara kecepatan
laju kendaraan dengan kecelakaan lalu lintas.
Sehubungan dengan penyusunan hipotesis ini, Deobold B. Van Dallen mengemukakan postulat-postulat yang diturunkan dari dua jenis asumsi, yaitu postulat-postulat yang disusun berdasarkan asumsi alam, dan postulat-postulat berdasarkan asumsi proses psikologi. Postulat-postulat yang bersumber dari kenyataan-kenyataan alam adalah:
1. Postulat Jenis ( Natural Kinds)
Ada kemiripan di antara obyek-obyek individual tertentu yang memungkinkan merekauntuk dikelempokkan ke dalam satu kelas tertentu. Ada kelompok orang berkulit putih, ada kelompok orang berkulit hitam, dan ada kelompok warna lain. Dengan postulat ini, kita dapat menyusun hipotesis terhadap objek pengamatan tertentu, apakah ia termasuk dalam kelompok x atau y.
Sehubungan dengan penyusunan hipotesis ini, Deobold B. Van Dallen mengemukakan postulat-postulat yang diturunkan dari dua jenis asumsi, yaitu postulat-postulat yang disusun berdasarkan asumsi alam, dan postulat-postulat berdasarkan asumsi proses psikologi. Postulat-postulat yang bersumber dari kenyataan-kenyataan alam adalah:
1. Postulat Jenis ( Natural Kinds)
Ada kemiripan di antara obyek-obyek individual tertentu yang memungkinkan merekauntuk dikelempokkan ke dalam satu kelas tertentu. Ada kelompok orang berkulit putih, ada kelompok orang berkulit hitam, dan ada kelompok warna lain. Dengan postulat ini, kita dapat menyusun hipotesis terhadap objek pengamatan tertentu, apakah ia termasuk dalam kelompok x atau y.
2. Postulat Keajekan (Constancy)
Di alam ini ada hal-hal yang menurut pengamatan kita selalu berulang dengan pola yang sama. Misalnya, pada waktu-waktu yang lalu kita menyaksikan bahwa matahari selalu terbit disebelah timur dan terbenam di sebelah barat. Berdasarkan pengetahuan dan pengalaman ini kita mempunyai alasan untuk menduga bahwa besok matahari terbit di sebelah timur.
Di alam ini ada hal-hal yang menurut pengamatan kita selalu berulang dengan pola yang sama. Misalnya, pada waktu-waktu yang lalu kita menyaksikan bahwa matahari selalu terbit disebelah timur dan terbenam di sebelah barat. Berdasarkan pengetahuan dan pengalaman ini kita mempunyai alasan untuk menduga bahwa besok matahari terbit di sebelah timur.
3. Postulat Determinisme
Suatu kejadian tidak terjadi secara kebetulan, tetapi ada penyebabnya. Sebuah benda jatuh ke bawah dan dilepaskan dari suatu ketinggian karena ia ditarik oleh gravitasi bumi. Demikian juga kecelakaan lalu lintas di jalan raya tidak terjadi secara kebetulan, tetapi ada penyebabnya. Ada postulat sebab akibat yang menyatakan bahwa suatu peristiwa terjadi karena sesuatu atau beberapa sebab. Postulat ini dipakai untuk menyusun suatu hipotesis untuk menerangkan peristiwa tertentu.
D. Kerangka Hipotesis
Suatu kejadian tidak terjadi secara kebetulan, tetapi ada penyebabnya. Sebuah benda jatuh ke bawah dan dilepaskan dari suatu ketinggian karena ia ditarik oleh gravitasi bumi. Demikian juga kecelakaan lalu lintas di jalan raya tidak terjadi secara kebetulan, tetapi ada penyebabnya. Ada postulat sebab akibat yang menyatakan bahwa suatu peristiwa terjadi karena sesuatu atau beberapa sebab. Postulat ini dipakai untuk menyusun suatu hipotesis untuk menerangkan peristiwa tertentu.
D. Kerangka Hipotesis
Jumlah variabel yang tercakup dalam suatu hipotesis dan
bentuk hubungan di antara variabel-variabel itu sangat menentukan dalam
menentukan alat uji hipotesis. Hipotesis yang hanya terdiri atas satu variabel
akan diuji dengan univariate analysis.
Contoh-contoh hipotesis seperti itu
adalah:
1. Persepsi remaja terhadap kepemimpinan yang demokratis cukup tinggi.
2. Prestasi studi mahasiswa di tahun pertama cukup rendah.
Variabel persepsi remaja pada contoh pertama adalah variabel ordinal, sedangkan variabel prestasi studi pada contoh kedua adalah variabel interval. Pengukuran variabel ini menentukan pemilihan alat uji hipotesis.
1. Persepsi remaja terhadap kepemimpinan yang demokratis cukup tinggi.
2. Prestasi studi mahasiswa di tahun pertama cukup rendah.
Variabel persepsi remaja pada contoh pertama adalah variabel ordinal, sedangkan variabel prestasi studi pada contoh kedua adalah variabel interval. Pengukuran variabel ini menentukan pemilihan alat uji hipotesis.
Sumber :
- W. Gulo. 2002. Metodologi Penelitian. Jakarta: Grasindo.